Kesabaran Muhammad Laksana Mukjizat
Oleh: Ulis Tofa, Lc
dakwatuna.com – Sikap sabar merupakan hal yang sangat mendasar dalam
kehidupan. Setiap orang membutuhkan sikap sabar. Terutama ketika
menghadapi cobaan, musibah, bencana, dan hinaan yang bertubi-tubi.
Adalah Rasulullah saw. menjadi teladan purna dalam sikap sabar. Pada
kesempatan kali ini rubrik Khutbah Jum’at mengupas sikap sabar. Bagi
para da’i dan khatib bisa menyampaikan tema ini dan meyakinkan umat
akan pentingnya sikap sabar.
أما بعد فيا أيها المسلمون:
Kabar gembira bagi kita umat Islam
Kita memiliki “tiang” panutan yang tak lekang
Ketika Allah menyeru agar para da’i mengajak
Untuk taat pada Rasul mulya, maka kita jadi sebaik-baik umat
Saudaramu, Isa memanggil orang mati, lalu hidup
Kamu, telah menghidupkan generasi dari sebelumnya tak berarti
Ya Rasulullah, shalawat dan salam atasmu
Sebaik-baik utusan yang tidak ambisi, namun baik budi
أيها المسلمون:
Tema yang kita bahas pada kesempatan ini adalah salah satu sisi dari
sekian banyak sisi keagungan Muhammad saw. Keagungannya membelalakkan
mata. Kemulyaannya menyihir pikiran. Sisi ini mulya karena beliau
orang yang mulia. Adalah benar karena beliau selalu benar. Beliau
telah membangun misi yang jauh lebih kokoh dibandingkan dengan gunung.
Beliau telah meletakkan prinsip-prinsip hidup secara lebih dalam
dibandingkan dengan sejarah itu sendiri. Beliau membangun tembok yang
tidak akan pernah terbakar oleh suara dan ejekan.
Adalah Muhammad saw., apapun yang Anda bicarakan pasti Anda akan
menemukan kebesaran beliau. Mari kita kaji sisi kesabaran beliau saw.
Al Qur’an menyebut kata Shabar lebih dari sembilan puluh (90) tempat.
Suatu kali Allah swt. memuji orang-orang yang sabar, pada kesempatan
lain Allah memberi kabar gembira berupa pahala orang-orang yang sabar.
Pada tempat yang lain Allah swt menyebut buah dari sikap sabar.
Allah swt berfirman kepada Rasul-Nya saw., (فَاصْبِرْ صَبْراً
جَمِيلاً) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” Al Ma’arij:5
Jika kamu mendapatkan penentangan dari unsur kebatilan dan permusuhan
dari pemimpin yang dzalim, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika harta kamu sedikit, kefakiran melilit, gundah-gulana menyergap
dan beban hidup menghimpit, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jumlah sahabat kamu sedikit dan pendukung kamu bercerai-berai,
maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jalan yang kamu tempuh penuh rintangan, kamu lihat dunia gelap
dan penuh maksiat, maka
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika anak-anakmu meninggal, kerabat dan orang yang kamu cintai
mendahuluimu, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Perjalanan hidup Muhammad saw. mengajarkan kepada kita bagaimana
bersikap sabar yang baik. Sabar yang sebenarnya. Beliau menjadi figure
bagi siapapun dalam kesabaran. Ketika beliau tinggal di Mekah, para
kerabat dan orang tercinta memusuhinya. Beliau dihinakan oleh orang
awam lagi tak berpengetahuan. Kerabat dekat dan khalayak umum
memeranginya, namum beliau tetap sabar. Beliau sangat kekurangan,
sambil menaruh batu di perutnya karena kelaparan dan kehausan. Beliau
paling sabar di antara manusia.
Beliau ditinggal pergi selamanya oleh istri tercinta nan cerdas. Istri
yang pandai yang ditarbiyah di keluarga kenabian. Istri yang
senantiasa mendukung dan membelanya. Ia meninggal pada waktu
Rasulullah saw mendapatkan banyak krisis. Ia meninggal pada fase Mekah
di mana pendukung jahiliyah sedang gencar memusuhinya. Dialah
Khadijah, dia menjadi orang nomor satu dalam membela suaminya.
Khadijah tempat mengadu Rasul. Tempat curhat. Khadijah meyakinkan
suaminya,
(كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا، إنك لتصلُ الرحم، وتحملُ الكلَ،
وتعينُ الملهوفَ، وتطعمُ الضيفَ، كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا).
“Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu. Anda orang
yang menyambung silaturahim. Membantu orang yang membutuhkan.
Memulyakan tamu. Sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu.”
Khadijah meninggal pada “Aamul Huzni” tahun duka-cita. Muhammad sabar,
karena Allah swt. berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Kaum kafir Quraisy, di antara mereka ada paman dan kerabat Muhammad
sedang membuat konspirasi untuk membunuhnya. Mereka mengutus lima
puluh pemuda yang mewakili masing-masing kabilah untuk membunuh
Muhammad. Dengan pedang terhunus kelima puluh pemuda mengepung rumah
Nabi. Mengetahui rumah beliau dikepung, beliau bersabar, paling sabar
dibandingkan semua manusia. Beliau keluar dari rumahnya dengan sangat
hati-hati,. Atas kehendak Allah swt. para pemuda dalam kondisi ngantuk
berat. Beliau sabar karena Allah menyeru kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً
جَمِيلاً)
Ketika Muhammad menabur debu di wajah-wajah mereka, mereka tertidur
pulas sehingga lepaslah pedang dari tangan-tangan mereka. Rasulullah
saw membacakan ayat,
(وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدّاً وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدّاً
فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ)
“Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka
dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak
dapat melihat.” Yasin:9
Beliau menuju gua Tsur, bersembunyi dari kejaran musuh. Musuh menyusul
dan menyergap di atas gua. Mereka turun lewat sebelah kanan gua.
Mereka mengelilingi gua. Mereka ingin masuk, namun tak kuasa. Abu
Bakar yang menemani Muhammad bergumam, “Wahai Rasulullah, demi Allah,
sekiranya salah seorang dari mereka melihat kakinya, pasti ia melihat
kita.”
Rasulullah saw tersenyum. Senyuman pemimpin dunia. Senyuman panglima
rabbani. Senyuman orang yang tsiqah atau yakin dengan pertolongan
Allah swt. beliau bersabda,
ويقول: يا أبا بكر، ما ظنُك باثنين اللهُ ثالثُهما؟ ويقول: لا تَحْزَنْ
إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا.
“Wahai Abu Bakar, Apa kamu mengira kita hanya berdua, padahal Allah
lah yang ketiganya!? Beliau menyakinkan, “Jangan bersedih, sungguh
Allah bersama kita.”
Ini adalah dusturul hayah, prinsip kehidupan. Pelajari dan ajarkanlah.
Ajarkanlah kepada anak-anak kalian, istri-istri kalian, orang
sekeliling kalian. Ajari mereka pada setiap kesempatan dan waktu bahwa
sukses itu dalam prinsip, (لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا)
Rasulullah saw keluar dari gua Tsur, sedangkan orang kafir tidak
mengetahuinya kalau beliau berada di sana. Beliau keluar menuju
Madinah. Kafir Quraisy tidak berhenti mencarinya, bahkan mereka tidak
malu-malu membuat sayembara di muka umum, mereka menyiapkan seratus
unta merah bagi yang menemukan Muhammad, hidup atau mati.
Dengan bersenjata panah dan pedang Suraqah mengejar Muhammad.
Rasulullah melihat Suraqah memacu kudanya, mendekat. Dalam kondisi
sangat lapar dan haus ditengah terik sahara, kondisi psikis yang
tertekan, beliau meninggalkan istrinya, putri-putrinya, rumahnya,
tetangganya, paman-pamannya, bibi-bibinya. Beliau hanya berdua, tanpa
pengawal dan prajurit, tanpa ada penjagaan. Padahal Suraqah mengejar
dengan pedang terhunus. Abu Bakar takut seraya berkata, “Wahai
Rasulullah, demi Allah ia telah mendekati kita.”
Rasulullah saw kembali tersenyum kedua kalinya, karena ia tahu bahwa
risalahnya akan senantiasa langgeng dan kafir durjana pasti akan mati.
Dakwahnya pasti akan senantiasa hidup, dan pasti matilah orang-orang
pendosa. Pasti prinsip-prinsip ajarannya menang mengalahkan
kejahiliyahan, apapun bentuknya. Rasulullah saw. meyakinkan Abu Bakar
dalam sabdanya, “Wahai Abu Bakar, kamu mengira kita ini hanya berdua,
padahal Allah lah pihak ketiga.”
Suraqah kian mendekat sambil meneriaki Rasulullah saw. ketika itu kaki
kuda terperosok ke dalam padang sahara, tidak bisa jalan. Kejadian itu
berulang-ulang, Suraqah tidak bisa mendekat. Sampai akhirnya ia putus
asa dan meminta tolong kepada Rasulullah saw. dan meminta jaminan rasa
aman. Rasulullah saw memberi jaminan rasa aman kepadanya. padahal
sebelumnya ia sangat berambisi membunuh beliau. Subhanallah!
Pada perang Badar al Kubra Rasulullah saw. ikut serta bersama-sama
sahabat lainnya turun ke medan tempur. Pada waktu itu paceklik mendera
kaum muslimin, sampai-sampai Rasulullah saw mengganjal perutnya dengan
batu.
Wahai pemuja materi, wahai yang gandrung dengan pakaian dan aksesoris,
wahai yang tergila-gila dengan aneka makanan, lihatlah seorang Rasul
untuk semua manusia, perhatikan guru manusia; beliau kelaparan, tak
menemukan sebutir kurma sekalipun, tapi beliau bersabar (فَاصْبِرْ
صَبْراً جَمِيلاً)
Satu persatu putrinya menginggal dunia. Putri pertama meninggal,
beliau yang memandikannya, mengkafaninya, menguburkannya, dan beliau
kembali dari pemakaman sambil tersenyum, karena beliau sabar,(
فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Selang beberapa hari, putri beliau yang kedua menyusul yang pertama,
beliau sendiri juga yang memandikan, mengkafani, menguburkan,. Begitu
juga yang ketiga… beliau memandikan, mengkafani, menguburkan dan
kembali dari pemakan dengan senyuman tersungging di bibirnya, karena
beliau sabar, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Anak laki-laki beliau, meninggal di pangkuannya, baru berumur dua
tahun. Beliau memandangi putranya dengan sepenuh kedekatan hati, air
mata membasahi pipi beliau, beliau paling sabar di antara manusia.
Rasulullah saw bersabda,
(تدمع العين، ويحزنُ القلب، ولا نقولُ إلا ما يرضي ربَنا، وإنا بفراقِك
يا إبراهيمُ لمحزونون).
“Air mata berlinangan, hati tersayat, namun kami tidak berkata kecuali
sesuai yang di ridhai Allah swt. Sungguh, kepergianmu wahai putraku
Ibrahim menyisakan kesedihan banyak orang.”
Sungguh luar biasa keteguhan hatimu wahai Rasulullah, karena Allah
berfirman kepadanya,
(فَاصْبِرْصَبْراً جَمِيلاً).
Beliau menyertai sahabatnya dalam perang Uhud. Para sahabat terpukul
mundur. Banyak di antara kerabat dekat beliau yang meninggal sebagai
syuhada’, sahabat-sahabat pilhan, tujuh puluh meninggal dunia. Jumlah
yang tidak sedikit. Di antara mereka itu ada tokoh besar, Hamzah ra.
Paman beliau yang senantiasa membela Nabi dengan pedangnya. Ia adalah
asadullah -singa Allah- di dunia dan panglima syuhada’ di surga.
Beliau melihat Hamzah meninggal dengan mengenaskan. Beliau melihat
Sa’ad bin Rabi’ tubuhnya penuh luka. Beliau melihat Anas bin Nadhar
dan lainnya, beliau meneteskan air mata. Air mata panas mengalir
membasahi janggutnya yang mulia, namun beliau tetap tersenyum, karena
Allah swt berpesan kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Pada perang Mu’tah Rasulullah saw. mengirim pasukan untuk melawan
tentara Romawi, dipimpin tiga panglima perang. Ketiganya syahid dalam
waktu berturut-turut. Zaid bin Haritsah, Ja’far paman beliau, yang di
juluki “Ath Thayyar” atau yang lincah, dan Abdullah bin Rawahah.
Beliau melihat mereka menjadi syuhada dari jarak ratusan mil. Beliau
melihat keluarga mereka berada di surga. Beliau tersenyum dalam
tangisan, karena Allah swt berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً
جَمِيلاً)
Pasukan sekutu, yang terdiri dari kaum munafikin, kuffar, musyrikin
dan Yahudi mengepung Madinah. Rasulullah saw turun langsung menggali
parit, menyingsingkan lengan, sedangkan perut beliau diganjal batu
karena lapar. Dengan sepenuh kekuatan beliau memukul batu besar yang
mengghalangi parit sehingga keluar kilatan api di udara, maka beliau
bersabda,
هذه كنوزُ كسرى وقيصر، واللهِ لقد رأيتُ قصورَهما، وإن اللهَ سوف يفتحُها علي.
“Ini singgasana Kisra dan Kaisar. Demi Allah, sungguh aku melihat
kerajaan keduanya, dan Allah akan menaklukkannya untukku.”
Orang-orang munafiq menertawakan beliau, “Bagaiman mungkin Muhammad
menakklukkan Kisra dan Kaisar, padahal dia sendiri kelaparan tak
berdaya.” Beliau tersenyum karena Allah swt berfirman kepadanya, (
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً
Setelah berlalu dua puluh lima tahun, berangkatlah tentara Islam,
pasukan perang dari Madinah untuk menaklukkan bumi Kisra dan Kaisar.
Dengan melewati sungai yang sangat ganas dan dalam. Kenapa, karena
Allah swt berbicara dengannya,
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Sungguh, demi Allah ini semua dalah ibrah, pelajaran yang sangat
berharga, jika umat-umat ini sadar, sehingga bangsa-bangsa akan
terselamatkan, adil dan damai. Namun, di mana orang yang membaca sirah
perjalan hidup beliau?!.. Mana orang yang belajar dari peri kehidupan
beliau?!..
Subhanallah, tiga hari empat malam beliau tidak memiliki sesuatu yang
bisa dimakan. Beliau tidak memiliki sebutir kurma sekalipun, segelas
susu, sepotong roti. Namun beliau ridha dengan pembagian rizki dan
kenikmatan dari Allah swt. (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Beliau tidur di atas tikar, sehingga membekas dipinggangya. Beliau
tidur di atas tanah karena saking panas, tidak berselimut, (فَاصْبِرْ
صَبْراً جَمِيلاً)
Rumahnya dari tanah, jika beliau melayangkan tangannya ke atas,
menyentuh atap, jika beliau berbaring, maka kepala beliau yang mullia
menyentuh tembok dan kakinya mengenai tembok yang lain, karena dunia
baginya tidak berarti, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Fir’aun berada di atas mimbar terbuatkan dari emas dan permadani, ia
memakai sutera. Begitu juga raja Kisra, sedangkan Muhammad saw.
beralaskan tanah, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Malaikat Jibril datang kepada Muhammad dengan membawa kunci-kunci
kemewahan dunia dan menyerahkan kepadanya, seraya berkata, “Maukah
kamu Allah memberi emas dan perak sebesar gunung?” Beliau menjawab,
“Tidak, saya memilih sehari makan dan sehari lapar sampai saya
berjumpa dengan Allah.”
Ketika ajal hendak menjemput beliau, dikatakan kepadanya, “Apakah kamu
menghendaki dunia ? Kamu menginginkan kerajaan seperti kerajaan Nabi
Sulaiman as. ? Beliau menjawab, “Tidak, justru saya ingin bersanding
dengan Tuhan Yang Maha Tinggi
أقولُ ما تسمعون وأستغفرُ الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب،
فاستغفروه وتوبوا إليه إنه هو الغفور الرحيم.